Puisi-Puisiku
NASIB
Bagai
biola yang salah larasnya,
Mengharu
harmoni didalam orkes;
Lagu
hidupku ini tak beres,
Karena
didirikan agak keliri:
Hidupku
berdasar “perseorangan”,
Sekarang
zaman “perkltaan”,
Sesat
dan sasar mengancam nasib.
Lamalah
sudah aku berperang;
Melawan
musuh didalam diri:
Kubujuk
halus, keras kuhantam:
Amat
sedikit kudapat menang.
Kebiasaan
yang telah mendalam,
Susah
ditikar,sukar disiangi.
Menyesal
Pagiku
hilang sudah melayang,
Hari mudaku
sudah pergi,
Sekarang
petang membayang,
Batang
usiaku sudah tinggi.
Aku lalai
di hari pagi,
Beta lengah
dimasa muda,
Kini hidup
meracuni hati,
Miskin
ilmu,miskin harta.
Ah,
apa gunanya ku sesalkan,
Menyesal
tua tiada berguna,
Hanya
menambah luka sukma.
Kepada
yang muda kuharapkan,
Atur barisan
di hari pagi,
Menuju
ke abah padang bakti!
Api
suci
Selama
nafas masih mengalun,
selama
jantung masih memukul,
wahai
api, bakarlah jiwaku,
Biar
mengaduh,biar mengeluh,
Seperti
waja merah membara,
Dalam
bakaran api nyala,
Biar
jiwaku habis terlebur,
Dalam
kobaran Nyala Raya,
Sesak
mendesak rasa di kalbu,
Gelisah
liar mata memandang,
Dimana
duduk rasa dikejar.
Demikian
rahmat tumpahkan s’lalu:
Nikmat
rasa api menghangus,
Nyanyian
semata bunyi jeritku.
0 comments:
Post a Comment