Puisi-Puisi Karya
seniman terkenal
seniman terkenal
Fantasi
Bendera
berjuang berkibar lagi,
Gembira
bertepuk atas kepalaku.
Darahku
melancar gembira pula,
Kututup
mata karena nikmat,
Kulihat
terang dalam fantasi,
Laskar
rakyat maju kedepan,
Gembira-dahsyat
gegerkan bumi.
Rapat-mampat
mereka maju,
Nur
ideal menerangi muka,
Girang
gembira gemuruh lagu,
Tercurah
dari jiwa merdeka.
( Ipih.H.R )
Bimbang
Sabar!
Sabar! Sabar!
Inilah
seruan yang acap kudengar,
Heran
daku benar-benar,
Adakah
‘aku belum cukup bersabar?
Sadar! Sadar! Sadar!
Inilah seruan yang acap kudengar,
Heran daku benar-benar,
Adakah aku belum cukup tersadar?
Semakin
aku bersabar.
Semakin
aku terlantar.
Semakin
aku tersadar.
Semakin
aku kesasar.
(
A.M.Dg.Mijala atau A.M. Thahir )
Buruh
Duduklah
hadapi meja
Tulis
buku banyak ragam
Kopi
masuk gula keluar
Kapok
dibeli koprak dijual.
Semenjak pagi sudah begini
Sampai petang baru berhenti
Lelah penat tidak terasa
Demikian asik menulis harta.
Bukan
harta punya sendiri
Hanya
harta punya majikan
Harta
sendiri hanya tenaga
Tenaga
badan dan pikiran
Kapan pulang terasa penat
Istri di rumahpun dapat bekerja.....
Habis
bulan terima gaji
Debet
kredit di hitung ulang
Sekali
ini harta sendiri
Membuat
piusing kepalang pening.
Masuk kiri keluar kanan
Setimbang tidak mana berat
Berat di kiri ada simpanan
Berat di kanan keluh kesah.
Bulan
masuk tahun pergi
Nasib
butuh tidak berubah
Siang-saing
tangan penuh
Pulang
balik tangan kosong
Istri
di rumah setia terus
Senang
susah sama dipikul.
(
A.M.Dg.Mijala atau A.M. Thahir )
ke
desa
Orang
kota!
Pernah
tuan pergi ke desa,
Menghirup
bumi,
Baru
dicangkul menyegar rasa?
Pernah tuan duduk ditengah ladang,
Dengan peladang bersenda gurau,
Menunggu jangung di dalam unggun,
Sebelum pacul kelak mengayun?
Pernah
tuan tegak di tepi sawah,
Padi
beriak menyibak sukma,
Pipit
bercicit,
Riang
harum bersusah?
Pernahkah tuan lihat air berdesau,
Dicelah batu membuih putih,
Julung beriringan bebondong-bondong,
Hati terpaut ingin turut berenang-renang?
Pernahkah
tuan pergi kekampung,
Melihat
perawan menumbuk padi,
Gelak
tawa di sertai suara lesung,
Mengenyah
duka dari dalam hati?
Pernahkah tuan,pernahkah,
Ah, setahu apa beta mengubah,
Bila tuan mencari penawar rengsa
Pergilah tuan,pergi ke desa?
(
Karya Hadimadja – salak,bulan keenam 1942 )
0 comments:
Post a Comment