Usapan Sayang Di Keningku
Lastri Fardani Sukarton
Siapakah
yang salah? Pemuda itu memaklumi, tak seorangpun yang ingin mencelakakan
anaknya, begitu juga ayahnya, atau ibunya. Galih juga berdebat dalam hati, tak
seorangpun yang ingin mendurhakai orangtuanya dengan sengaja bila mereka saling
berselisih pendapat, itupun lumrah. Becak yang ditumpangi memasuku lorong.
Terkejut ia, ketika tukang becak menanyakan rumahnya. Tiba-tiba kampung halaman
itu sudah tampak di depan hidungnya.
***
“Stop! Stop!”
Ia meraba kantung
bajunya. Hanya ada selembar ribuan.
“Duitnya,
Yang, Cepat sedikit, marah nanti orangnya,” desak Galih.
“Ee,
bocah gagah tak punya duit,” gerutu Eyang-neneknya-sambil merogoh tali
pinggangnya. Ada uang receh menyeli di sana, terbungkus selembar saputangan.
***
Pagi itu, Ketika ia menumpang kereta ke
Yogya, ia ingin mengabarkan kepada Ibunya bahwa ia telah meraih cita-citanya
yang telah lama diperjuangkannya. Kebanggaan itu akan disampaikan langsung,
Sebelu orang lain tahu.
“Bu Rukmini, Bu Rukmini.”
Seorang perawat memanggil seorang
perempuan kurus yang sedang menjahit. Wanita itu menoleh.
“Itukah ibuku? Yang dulu menjerit-jerit
bila kudekati?” pikir Galih.
“Coba, ingat tidak ibu pada pemuda tampan
itu?” tanya perawat lagi.
Aaaaah, ibu tersenyum. Galih cepat memeluk
perempuan yang dicintainya itu. Mereka berdua menangis.
“Ibu....”
“Kau Galih,anakku?” ucap wanita itu pelan.
Galih mengangguk sambil menciumi pipi
perempuan itu. Seribu entah sejuta rasa, bersimpang siur di dadanya.
“Ibu, ayo pulang, Galih ingin merawat
ibu.”
“Kau tak nakal lagi?” kata ibunya sambil
mencubit pipi Galih.
“Pasti Galih tak nakal lagi. Galih sudah
jadi Dokter, Bu!”
“Dokter? Galih bekas morfinis itu kini
telah menjadi dokter?”
“Galih tahu ibu pasti belum percaya. tapi
pasti sekarang kita akan berkumpul lagi, dengan Eyang, juga Romo. Maafkan
Galih, Bu!”
Perempuan itu menangis. Ia betul-betul
menangis. Bukan karena sedih atau kecewa. Tetapi karena perasaan bahagia.
Kunjungi juga
mydiarylusia.blogspot.com
0 comments:
Post a Comment