Sebuah kata
Hanya sebuah kalimat sederhana.
Dengan kata-kata yang cukup simple.
Yang keluar dari mulutnya,
Namun semua itu mampu meruntuhkan sebuah kepercayaan yang aku bangun dalam
beberapa tahun ini,
Mampu membuatku diam seribu bahasa, dengan otak yang berpikir lamban,
Memberiku pengaruh yang luar biasa hingga aku benar-benar kehilangan
sesuatu yang sungguh berharga, yaitu
sebuah ikatan yang aku anggap itu sejati.
Apa aku benar-benar memiliki arti dimatanya?,
atau aku hanya parasit yang menempel pada tubuhnya karena tidak ada yang
menginginkan aku.
Kenyataan ini ingin membuatku
menangis,
Menangis sekeras-kerasnya agar bebas dari siksaan batin yang
perlahan-perlahan menggerogoti sebuah impian kecil, impian menjadi seseorang
yang dibutuhkan.
Namun aku perlahan-lahan menyadari, mengapa aku menangis!
Menangis membuatku terlihat bodoh,sedih membuatku semakin menyedihkan.
Seperti saat aku bersamanya, jalan-jalan dan melakukan sesuatu hal bersama meski
singkat tapi tetap saja aku menampilkan senyum terindah ku agar dia tidak menyadari begitu gundahnya hati
ini,
Nafasku begitu sesak menahan kecewa, kecewa teramat dalam padanya.
Dia tidak menyadari sebuah tombak kata-kata dengan ujung tumpul berkarat telah
menusuk jantung ini hingga hancur berkeping-keping dengan jeritan menyayat hati dari mulut ini.
Mungin baginya kata-kata itu hanya sebuah angin lalu yang ia ucapkan, bagiku
itu semua menegaskan satu hal yaitu mungkin dari awal ia tidak memilihku, sebuah
keterpaksaan memaksanya karena pilihannya tersisa satu yaitu aku seorang yang
mudah untuk dimanfaatkan.
Maka pemikiran inilah yang membantuku bangkit,
Mingkin......“akulah yang selalu berbuat salah”
“akulah
yang terlalu egois”
“ akulah yang tidak peka akan perasaanya”
“akulah yang terlalu bodoh”
“akulah yang harus selalu meminta maaf terlebih dahulu”
dan masih banyak lagi kata mungkin,
aku akan selalu mengoreksi diri ini yang mungkin terlalu berharap lebih dari
orang itu!
^^
0 comments:
Post a Comment