Sudah lama nih saya tidak postkan
cerpen di blog ini karena memang saya lagi sibuk, banyak tugas dan pr yang
menumpuk. Jadinya saya gak sempat mau ngarang cerita dan postkan disini sesering
mungkin. Tapi kali ini saya bawa cerpen baru. Cerpen hasil karya saya sendiri
ini bertema kehidupan keluarga yang mana ada seorang gadis didalam sebuah
keluarga memiliki masalah-masalah yang cukup rumit dalam keluarganya sendiri. Mau
membacanya!! silahkan baca dibawah ini :)
Aku dan Masalahku
Drak... bunyi pintu kamarku yang
kututup dengan membantingnya yang pasti dengan sangat keras. “Aauuhh...kenapa
gak bisa ngerti aku sedikit sih” teriakku sebal yang diakhiri dengan
menghempaskan tubuh ke ranjang tembat tidur empuk ku dan segera menutup wajah ku
dengan bantal. Tak terasa mataku sudah mengeluarkan air bening di sudut-sudut
kelopak mataku yang bertanda bahwa aku sudah tidak dapat menahan kesedihan ku.
Yah.. aku menangis, menangis karna malangnya hidupku, menangis karena tidak ada
yang mengerti aku dan menangis atas nasib ini.
Pagi menjelang, sinar-sinar lembut
matahari memancarkan sinarnya dari celah-celah jendela kamar sukses
membangunkanku dari sebuah mimpi, aku selalu berharap semalam hanya mimpi,
benar! hanya mimpi. Aku bangun dengan lemah dari ranjangku dan segera menyambar
handuk untuk segera mandi. Berjalan di cermin ukuran besar yang ada dalam
kamar. Disana aku bisa melihat dengan jelas mata sembab yang menggambarkan
sejuta kesedihan dan kekecewaan. Melihat sosok dicermin itu aku hanya bisa tersenyum
pahit, ternyata ini bukan mimpi melainkan kenyataan yang harus aku hadapi.
Setelah melihat diriku yang tak berguna ini, segera aku melanjutkan langkah
gontaiku menuju kamar mandi yang terdapat dalam kamarku.
“Selesai...” gumam ku setelah
merapikan dasi sebagai sentuhan terakhir dan siap untuk berangkat kesekolah,
berangkat ke SMA PANCA BAKTI. Tanpa berkata apapun ataupun menyapa kedua
orangtuaku, aku langsung menyambar kunci motor di gantungan ruang tengah rumah
dan segera melajukan motorku dengan sangat-sangat cepat tanpa sarapan dan pamit
dulu pada dua orang yang selalu aku hormati, sayangi tapi kini mereka membuat
aku kecewa dan sangat kecewa.
Dalam perjalanan aku teringat pada
kejadian malam tadi, malam tersuram dalam hidupku. Ingin aku melarikan
diri,melarikan diri dari dunia ini dan melarikan diri dari semua kenyataan
hidup ini tapi tetap saja aku tak bisa. Aku tidak memiliki tempat tujuan lain
yang pantas untuk menampung anak putus asa seperti ku. Tetes demi tetes air
bening ini mengalir dari mata sayupku hingga tak terasa aku sudah berada
didepan gerbang sekolah.
Segera aku masuk dan berjalan lemah
menuju kelas. Setelah sampai aku segera menyimpan tas dan merebahkan diri
dibangku tempat duduk dan menelungkupkan wajahku di atas meja. Heran!! Itulah
yang mungkin teman sebelah ku rasakan melihat tingkahku itu.
“Luna, Kamu kenapa? Kamu gak
apa-apa kan!”
“ Tidak apa-apa” jawab ku singkat
“Benar, kamu gak apa-apa”
“Iya” jawab ku dengan menampakan
wajah tersenyum pada sahabatku yang cerewet itu. Aku yakin jika tidak begitu ia
akan selalu bertanya karena kawatir pada ku.
“Apa kamu habis menangis”
“Biasa..ayah, ibuku itu”
“Oh...sabar ya” ujar Rini sahabatku
sambil menepuk-menepuk pundaku memberi dukungan.
Dan aku hanya menanggapinya dengan
senyuman. Begitulah sahabat ku itu, ia
tahu semua masalah-masalah yang aku hadapi selama ini karena aku memberitahukan
semua perasahan-perasahaanku. Rini adalah orang yang sangat penting bagiku
bahkan kelewat penting. Ia sangat mengerti tentang perasaan ku melebihi kedua
orang tuaku khususnya ibu.
Selama pelajaran berlangsung aku
sama sekali tidak fokus dengan apa yang dijelaskan oleh guru terlebih pelajaran
sekarang adalah matematika yang memang pada dasarnya sungguh membuat ku gila.
Pikiranku malah ada ditempat dan dalam memori yang membuat ku lebih terpuruk
lagi. Terngiang-ngiang dengan apa yang dikatakan kedua orangtuaku. “ Lun, kami
harus melakukan ini, maaf membuatmu terluka” ujar ayah sedikit memohon. “Iya..Luna
kamu harus mengerti dengan keadaan ini, ibu mohon”. Tidak..tidak..teriakku
sebagai jawaban atas apa yang mereka katakan malam itu.
Huuhhh....ku hembuskan nafasku
dengan kasar mengingat itu. “Luna kamu harus kuat, tidak ada yang harus
ditangisi” lirihku menguatkan diri sendiri.Rini yang ada disebelahku hanya bisa
menatap nanar kearahku. Yah... dia cukup tahu permasalahan yang aku hadapi.
Kini aku berdiri didepan pintu
rumahku, hanya menatap pintu itu dengan penuh keraguan. Apa aku harus langsung
pulang setelah jam sekolah usai. Aku pun dengan ragu memutar kenop pintu dan
segera masuk ke dalam rumah. Deg...suara teriakan itu terdengar lagi, bukan!!
selalu terdengar lebih tepatnya. Kata-kata
makian apa pantas dikeluarkan dari mulut seorang guru dan apa pantas
seorang dokter, seorang yang terpelajar tidak dapat menahan egonya untuk
sekedar menjernihkan keadaan. Dulu aku cukup bangga menjadi seorang anak yang
memiliki ibu seorang guru dan ayah seorang dokter, tapi kini keadaan telah
berubah. Banyak hal yang membuatku sedih,kecewa dan bahkan membuat stres. Ingin
aku lari dari kenyataan hidup ini tapi apa daya aku hanya seorang gadis 16
tahun yang lemah.
Segera ku langkahkan kaki menuju
kamarku tapi aku berhenti didepan sebuah kamar yang berada tepat disebelah
kamarku. Disana,dipintu kamar itu tergantung manis papan nama bertulis “
bedroom Lina, jangan masuk tanpa seizinku” lengkap dengan foto pose lucunya. Melihat
hal itu aku tersenyum. “kakak aku merindukan mu”lirihku. “Jika kakak disini
maka ibu dan ayah tidak akan melakukan ini.”
Sekarang aku duduk dengan tenang di
ruang keluarga rumah ini hanya bisa menunduk lesu sekarang aku yakin kedua
orangtuaku sedang menatapku endah tatapan apa itu, kasiankah, sediahkan atau
kecewa.
“
Luna keputusan ayah dan ibu sudah bulat, jadi..”
“Iya Luna,jika kamu tetap tidak menyetujuinya
maka itu sia-sia karena tidak ada lagi yang dapat dipertahankan dari semua ini”
sambung ayah.
Mendengar
hal itu hatiku makin sakit, benar mungkin tidak ada harapan lagi. “Baik aku
menyetujuinya, maka cepatlah bercerai” lirihku pelan dengan isakan tangis
berat.
“Bukankah kalian memang selalu tidak peduli
padaku, yang kalian pedulikan selalu kak Lina. Tapi apa bisa kalian memikirlkan
ku sekali saja tanpa adanya kakak, kakak sudah meninggal 1 tahun yang lalu itu
waktu yang lama untuk kalian bisa melupakannya dan memikirkan anak kalian yang
satu ini, anak yang masih hidup. Sepertinya harapan itu akan selalu sia-sia”
jelasku panjang lebar dengan air mata yang terus mengalir.
“ Luna, ibu...”
“ Bercerai lah cepat mungkin itu dapat
menghidupkan kembali kak Lina lagi” teriakku sambil berlari menuju kamar. Aku
sekarang yakin ayah dan ibu kaget dengan apa yang aku katakan tadi dan juga
karena teriakan ku, ya itu adalah teriakan pertamaku kepada mereka berdua sejak
aku dilahirkan.itu karena aku sudah tak tahan lagi, mengapa mereka tidak bisa
merelakan kepergian kak Lina, apa kak Lina harus selalu menjadi anak kesayangan
mereka.
Sejak kecil memang kak Lina yang
selalu menjadi prioritas pertama mereka. Mereka selalu memberi perhatian lebih
padanya sedangkan aku mungkin hanya sekedar pengisi anak bungsu. Orang-orang
selalu berpikir anak bungsu itu sangat diistimewakan dan selalu dimanja tapi
kenyataannya selalu jauh dari semua itu. Aku merasakannya sendiri selama
hidupku, aku selalu dibanding-bandingkan dengan kakak ku, mereka selalu berkata
kakak adalah orang yang baik,rajin, dan tidak ada yang salah dari nya,
sedangkan aku selalu menjadi yang terburuk, termalas dan perbuatanku selalu
salah dimata mereka. Meski kini kakak sudah tiada mereka masih saja selalu
mengunggulkannya.
Aku teringat saat itu, mereka lebih
membelanya sedangkan aku selalu disalahakan. “Luna, kamu ini kenapa sih selalu
saja mencari gara-gara” bentak ibu waktu itu.
“ Tidak bu, kak Lina yang duluan”
“Luna, kamu itu yang salah jadi cepat minta
maaf sama kakak mu”
“Ayah.. kakak yang salah”
“Enak aja, bukan Lina yah, bu. Luna tuh yang
salah. Dia mencuri uang Lina”
“Aku tidak pernah mencuri uang itu karena
memang uang itu uang Luna sendiri . Luna menyisihkan uang jajan untuk
mengumpulkan uang itu” bantahku atas tuduhan kakak ku sendiri.
“ Luna jangan banyak alasan cepat kembalikan
uang itu” suruh ibu marah.
“ Iya Luna, kenapa sih kamu itu selalu saja
menjadi anak pembuat masalah”
“ Tapi....” dengan sangat terpaksa aku
memberikan uang itu kepada kakak padahal uang itu akan aku gunakan untuk membeli kamera. Ya.. aku memiliki yaitu
fotografi. Memotret hal-hal yang indah tapi semua itu harus diurungkan lagi
karena uang yang susah payah aku tabung sekarang ludes dalam waktu singkat. Aku
hanya bisa pasrah, malas membantah lebih jauh lagi karena percuma saja jika aku
makin melawan maka makin gencarlah mereka memarahiku.
Begitu lah waktu itu dan bukan
hanya itu masih banyak hal lain yang cukup membuatku sakit hati. Tapi aku bisa
apa aku hanya bisa bersabar dan bersabar. Dan aku selalu bertanya apa dimata
kedua orang tuaku benar-benar tidak ada hal yang baik tentang aku.
Keluarga ini begitu harmonis
awalnya mungkin bagi ayah,ibu dan kakak saja tapi melihat mereka bahagia aku
juga turut bahagia. Sebelum musibah yang menimpa kakak ku. Sebuah kecelakana
mobil merenggut nyawa kakak dalam sekejap.
Sore itu kak Lina meminta izin
untuk menggunakan mobil. Ia mau mengerjakan tugas kelompok yang diberikan
dosennya. Ayah dan ibu sempat tidak mengijinkan
kakak menggunakan mobil karena memang kakak baru mendpatkan SIM kurang
dari sebulan ini tapi setelah bujuk rayu yang dilakukan kakak mereka akhirnya
mengijinkan.
Hingga malam tiba kira-kira sekitar
pukul sembilan malam kami mendapat telepon dari seorang entah dari siapa tapi
aku bisa menebaknya mungkin dari seorang polisi yang mengatakan bahwa kakak
mengalami kecelakan dan sekarang dia dilarikan ke rumah sakit. Tentu saja kabar
itu mengejutkan kami sekeluarga dan kami langsung pergi kerumah sakit yang
dimaksud. Sungguh takdir berkata lain kakak meninggal saat perjalanan ke rumah
sakit.
Sejak saat itulah ayah dan ibu
selalu menyalahkan satu sama lain. Mengatakan coba saja mereka tidak
mengijinkan kak Lina menggunakan mobil kecelakan itu tidak akan pernah terjadi.
Hari demi hari berlalu dan selalu saja pertengkaran demi pertengkaran yang aku
dengar. Masalah-masalah kecil dibesar-besarkan dan mereka berdua tidak pernah
ingin menghilangkan keegoisan mereka barang sekejap untuk merenungkan siapa
yang salah dalam hal ini atau mungkinkah ini memang takdir, jalan hidup kakak
untuk tenang disurga sana. Ayah,ibu sama sekali tidak menyadari setiap pertengkaran
yang mereka lakukan pasti menyakiti hati kakak. Ia tidak akan meninggal dengan
tenang karena masih ada untang yang harus ia selesaikan di dunia ini yaitu
mendamaikan dua orang yang ia cintai itu.
Pertengkaran itu memuncak saat
tiba-tiba saja ayah dan ibu mengatakan padaku bahwa rumah tangga ini tidak
dapat di pertahankan lagi dalam kata lain mereka akan “BERCERAI”. Aku hanya
dapat menangis tidak tahu berbuat apa. Siapa yang bersama ku nanti, Ayah!, Ibu!
Entahlah yang jelas sekarang hati ku kacau ah.. sepertinya bukan sekedar kacau
tapi hancur. Yang jelas aku sudah mencurahkan isi hatiku tinggal sekarang
mereka sendiri yang menentukan apakah tetap bercerai atau tidak.
*****
Tiga
bulan kemudian
Kini semuanya hilang, hilang
terbawa ombak yang ada didepanku ini sungguh hal itu membuatku hidup lagi.
Tidak ada lagi pertengkaran yang selalu terdengar yang membuat hatiku damai seperti deru lembut ombak laut yang
terlihat biru dengan hari yang cerah ini. Hari yang begitu cerah seperti
hatiku.
“Luna, jangan jauh-jauh nanti
tenggelam”
“Iya, hati-hati nanti ombaknya membawa mu
ketengah”
“Tenang saja yah,bu aku adalah perenang yang
hebat”
Mendengar apa yang aku katakan itu
ayah dan ibu hanya bisa tertawa kecil karena anak mereka kini sering
menyombongkan diri. Yup! Kini kami sedang berlibur dan sekarang kami berada di
pantai indah seindah kehamonisan keluargaku. Terlihat disana ayah dan ibu
bercengkraman dengan sangat bahagia diatas pasir putih yang luas seakan hanya
mereka berdua disana. Aku yang memainkan ombak laut ini hanya bisa tersenyum
dengan pemandangan itu.
Ayah dan ibu memang tidak jadi
bercerai. Mereka menyadari kesalahan mereka dan bukannya bermaksud untuk
mengabaikan ku hanya saja mereka terlalu terluka akan jalannya hidup ini. juga
bukannya mereka tidak menyayangiku seperti dugaanku setiap waktu hanya saja
mereka telah terbiasa memberi perhatian lebih pada kakak karena memang kak Lina
dari kecil sering sakit-sakitan seperti tifus,malaria dan amandel sudah
menghinggapinya dari kecil sedangkan aku selalu saja sehat. Dulu aku tidak
menyadari itu malah aku mementingkan keegoisan ku sendiri dengan meminta
perhatian lebih padahal kakak lah yang perlu perhatian lebih. Tapi anehnya
dengan perhatian besar itu kakak selalu tak nyaman dan merasa terlalu di
intimidasi sedangkan aku memimpikan itu.
Aku ingat saat ayah dan ibu meminta
maaf padaku. Meminta maaf atas keegoisan mereka dan untuk mempersatukan
keluarga kecil ini lagi.
“Luna, maaf kan ibu ya nak”
“Ayah juga minta maaf, karena
kesedihan kami dengan hilangnya kakakmu Lina membuat kami mengabaikan fakta
bahwa kami tidak kehilangan segalanya melainkan masih ada maleikat seperti mu
yang diberikan Tuhan pada kami”
Mendengar itu aku hanya bisa
menangis tidak menyangka dengan apa yang mereka katakan. Tuhan maafkan karena aku pernah merasa tidak
mempunyai orang tua yang cukup baik untuk ku dan aku yakin dengan mengambil kak
Lina dari sisi kami Engkau telah memiliki rencana yang indah bagi keluarga ku.
Sekarang aku bisa mengangkat wajah dan berkata mereka adalah orang tuaku, orang
tua terbaik yang pernah ada didunia yang ini tentu saja hanya untuk ku, hanya
untuk Luna Mawarni Sandrita.
****
Itulah cerpen tentang kehidupan keluarga yang aku buat. Gimana bagus gak cukup rumitkan ceritanya. Agar saya dapat menulis cerpen dengan lebih baik lagi sangat dibutuhkan saran dan kritiknya jadi jangan hanya lewat aja ya.
Terima Kasih Telah Berkunjung :)
kunjungi juga Mydiarylusia.blogspot.com
8 comments:
keren kak cerpennya wkwk
http://nalurerenewws.blogspot.com/2018/09/taipanqq-hadapi-apa-pun-4-zodiak-ini.html
http://updatetaipanbiru.blogspot.com/2018/09/taipanqq-jatuh-cinta-bikin-berat-badan.html
Taipanbiru
TAIPANBIRU . COM | QQTAIPAN .NET | ASIATAIPAN . COM |
-KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID terbaik nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
1 user ID sudah bisa bermain 8 Permainan.
• BandarQ
• AduQ
• Capsasusun
• Domino99
• Poker
• BandarPoker
• Sakong
• Bandar66
Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
customer service kami yang profesional dan ramah.
NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
• WA: +62 813 8217 0873
• BB : E314EED5
Daftar taipanqq
Taipanqq
taipanqq.com
Agen BandarQ
Kartu Online
Taipan1945
Judi Online
AgenSakong
Latar belakangnya apa ya?
Untunglah di akhir ceritanya, keluar kecil itu tidak berpisah.
Kisahnya bagus, juga menghibur.
Saya juga menulis cerper keluarga. Judulnya di negeri orang.
Lengkapnya coba cek disini👇
https://www.tolongtangtugas.web.id/2019/01/cerpen-di-negeri-orang.html
Maaf, nama pengarangnya siapa ya??
Kasih nilai intrinsik dan moralnya kak
Good !
Mantap ceritanya
Post a Comment