***

Annyeong chingudeul...
Terima kasih telah berkunjung ke blog ini
Blog ini berisi sinopsis drama dan movie/film Korea, Jepang, Taiwan, Cerpen, Dongeng dan Puisi
dan Juga curhatan hati author lewat rangkaian kata-kata tidak jelas*hehee :)
Jadi semoga blog sederhana ini bermanfaat bagi semua orang.
Happy Reading..!!


Thursday, 24 September 2015

Cerpen bertema Keluarga - Rumitnya Kehidupan dalam Keluarga ( Aku dan Masalahku )


Sudah lama nih saya tidak postkan cerpen di blog ini karena memang saya lagi sibuk, banyak tugas dan pr yang menumpuk. Jadinya saya gak sempat mau ngarang cerita dan postkan disini sesering mungkin. Tapi kali ini saya bawa cerpen baru. Cerpen hasil karya saya sendiri ini bertema kehidupan keluarga yang mana ada seorang gadis didalam sebuah keluarga memiliki masalah-masalah yang cukup rumit dalam keluarganya sendiri. Mau membacanya!! silahkan baca dibawah ini :)




Aku dan Masalahku

Drak... bunyi pintu kamarku yang kututup dengan membantingnya yang pasti dengan sangat keras. “Aauuhh...kenapa gak bisa ngerti aku sedikit sih” teriakku sebal yang diakhiri dengan menghempaskan tubuh ke ranjang tembat tidur empuk ku dan segera menutup wajah ku dengan bantal. Tak terasa mataku sudah mengeluarkan air bening di sudut-sudut kelopak mataku yang bertanda bahwa aku sudah tidak dapat menahan kesedihan ku. Yah.. aku menangis, menangis karna malangnya hidupku, menangis karena tidak ada yang mengerti aku dan menangis atas nasib ini.

Pagi menjelang, sinar-sinar lembut matahari memancarkan sinarnya dari celah-celah jendela kamar sukses membangunkanku dari sebuah mimpi, aku selalu berharap semalam hanya mimpi, benar! hanya mimpi. Aku bangun dengan lemah dari ranjangku dan segera menyambar handuk untuk segera mandi. Berjalan di cermin ukuran besar yang ada dalam kamar. Disana aku bisa melihat dengan jelas mata sembab yang menggambarkan sejuta kesedihan dan kekecewaan. Melihat sosok dicermin itu aku hanya bisa tersenyum pahit, ternyata ini bukan mimpi melainkan kenyataan yang harus aku hadapi. Setelah melihat diriku yang tak berguna ini, segera aku melanjutkan langkah gontaiku menuju kamar mandi yang terdapat dalam kamarku.

“Selesai...” gumam ku setelah merapikan dasi sebagai sentuhan terakhir dan siap untuk berangkat kesekolah, berangkat ke SMA PANCA BAKTI. Tanpa berkata apapun ataupun menyapa kedua orangtuaku, aku langsung menyambar kunci motor di gantungan ruang tengah rumah dan segera melajukan motorku dengan sangat-sangat cepat tanpa sarapan dan pamit dulu pada dua orang yang selalu aku hormati, sayangi tapi kini mereka membuat aku kecewa dan sangat kecewa.

Dalam perjalanan aku teringat pada kejadian malam tadi, malam tersuram dalam hidupku. Ingin aku melarikan diri,melarikan diri dari dunia ini dan melarikan diri dari semua kenyataan hidup ini tapi tetap saja aku tak bisa. Aku tidak memiliki tempat tujuan lain yang pantas untuk menampung anak putus asa seperti ku. Tetes demi tetes air bening ini mengalir dari mata sayupku hingga tak terasa aku sudah berada didepan gerbang sekolah.

Segera aku masuk dan berjalan lemah menuju kelas. Setelah sampai aku segera menyimpan tas dan merebahkan diri dibangku tempat duduk dan menelungkupkan wajahku di atas meja. Heran!! Itulah yang mungkin teman sebelah ku rasakan melihat tingkahku itu.

“Luna, Kamu kenapa? Kamu gak apa-apa kan!”

“ Tidak apa-apa” jawab ku singkat

“Benar, kamu gak apa-apa”

“Iya” jawab ku dengan menampakan wajah tersenyum pada sahabatku yang cerewet itu. Aku yakin jika tidak begitu ia akan selalu bertanya karena kawatir pada ku.

“Apa kamu habis menangis” 

“Biasa..ayah, ibuku itu”

“Oh...sabar ya” ujar Rini sahabatku sambil menepuk-menepuk pundaku memberi dukungan.

Dan aku hanya menanggapinya dengan senyuman. Begitulah sahabat ku itu,  ia tahu semua masalah-masalah yang aku hadapi selama ini karena aku memberitahukan semua perasahan-perasahaanku. Rini adalah orang yang sangat penting bagiku bahkan kelewat penting. Ia sangat mengerti tentang perasaan ku melebihi kedua orang tuaku khususnya ibu.

Selama pelajaran berlangsung aku sama sekali tidak fokus dengan apa yang dijelaskan oleh guru terlebih pelajaran sekarang adalah matematika yang memang pada dasarnya sungguh membuat ku gila. Pikiranku malah ada ditempat dan dalam memori yang membuat ku lebih terpuruk lagi. Terngiang-ngiang dengan apa yang dikatakan kedua orangtuaku. “ Lun, kami harus melakukan ini, maaf membuatmu terluka” ujar ayah sedikit memohon. “Iya..Luna kamu harus mengerti dengan keadaan ini, ibu mohon”. Tidak..tidak..teriakku sebagai jawaban atas apa yang mereka katakan malam itu.

Huuhhh....ku hembuskan nafasku dengan kasar mengingat itu. “Luna kamu harus kuat, tidak ada yang harus ditangisi” lirihku menguatkan diri sendiri.Rini yang ada disebelahku hanya bisa menatap nanar kearahku. Yah... dia cukup tahu permasalahan yang aku hadapi.

Kini aku berdiri didepan pintu rumahku, hanya menatap pintu itu dengan penuh keraguan. Apa aku harus langsung pulang setelah jam sekolah usai. Aku pun dengan ragu memutar kenop pintu dan segera masuk ke dalam rumah. Deg...suara teriakan itu terdengar lagi, bukan!! selalu terdengar lebih tepatnya. Kata-kata  makian apa pantas dikeluarkan dari mulut seorang guru dan apa pantas seorang dokter, seorang yang terpelajar tidak dapat menahan egonya untuk sekedar menjernihkan keadaan. Dulu aku cukup bangga menjadi seorang anak yang memiliki ibu seorang guru dan ayah seorang dokter, tapi kini keadaan telah berubah. Banyak hal yang membuatku sedih,kecewa dan bahkan membuat stres. Ingin aku lari dari kenyataan hidup ini tapi apa daya aku hanya seorang gadis 16 tahun yang lemah.

Segera ku langkahkan kaki menuju kamarku tapi aku berhenti didepan sebuah kamar yang berada tepat disebelah kamarku. Disana,dipintu kamar itu tergantung manis papan nama bertulis “ bedroom Lina, jangan masuk tanpa seizinku” lengkap dengan foto pose lucunya. Melihat hal itu aku tersenyum. “kakak aku merindukan mu”lirihku. “Jika kakak disini maka ibu dan ayah tidak akan melakukan ini.”

Sekarang aku duduk dengan tenang di ruang keluarga rumah ini hanya bisa menunduk lesu sekarang aku yakin kedua orangtuaku sedang menatapku endah tatapan apa itu, kasiankah, sediahkan atau kecewa.

            “ Luna keputusan ayah dan ibu sudah bulat, jadi..”

 “Iya Luna,jika kamu tetap tidak menyetujuinya maka itu sia-sia karena tidak ada lagi yang dapat dipertahankan dari semua ini” sambung ayah.

            Mendengar hal itu hatiku makin sakit, benar mungkin tidak ada harapan lagi. “Baik aku menyetujuinya, maka cepatlah bercerai” lirihku pelan dengan isakan tangis berat.

 “Bukankah kalian memang selalu tidak peduli padaku, yang kalian pedulikan selalu kak Lina. Tapi apa bisa kalian memikirlkan ku sekali saja tanpa adanya kakak, kakak sudah meninggal 1 tahun yang lalu itu waktu yang lama untuk kalian bisa melupakannya dan memikirkan anak kalian yang satu ini, anak yang masih hidup. Sepertinya harapan itu akan selalu sia-sia” jelasku panjang lebar dengan air mata yang terus mengalir.

 “ Luna, ibu...”

 “ Bercerai lah cepat mungkin itu dapat menghidupkan kembali kak Lina lagi” teriakku sambil berlari menuju kamar. Aku sekarang yakin ayah dan ibu kaget dengan apa yang aku katakan tadi dan juga karena teriakan ku, ya itu adalah teriakan pertamaku kepada mereka berdua sejak aku dilahirkan.itu karena aku sudah tak tahan lagi, mengapa mereka tidak bisa merelakan kepergian kak Lina, apa kak Lina harus selalu menjadi anak kesayangan mereka.

Sejak kecil memang kak Lina yang selalu menjadi prioritas pertama mereka. Mereka selalu memberi perhatian lebih padanya sedangkan aku mungkin hanya sekedar pengisi anak bungsu. Orang-orang selalu berpikir anak bungsu itu sangat diistimewakan dan selalu dimanja tapi kenyataannya selalu jauh dari semua itu. Aku merasakannya sendiri selama hidupku, aku selalu dibanding-bandingkan dengan kakak ku, mereka selalu berkata kakak adalah orang yang baik,rajin, dan tidak ada yang salah dari nya, sedangkan aku selalu menjadi yang terburuk, termalas dan perbuatanku selalu salah dimata mereka. Meski kini kakak sudah tiada mereka masih saja selalu mengunggulkannya.

Aku teringat saat itu, mereka lebih membelanya sedangkan aku selalu disalahakan. “Luna, kamu ini kenapa sih selalu saja mencari gara-gara” bentak ibu waktu itu.

 “ Tidak bu, kak Lina yang duluan”

 “Luna, kamu itu yang salah jadi cepat minta maaf sama kakak mu”

 “Ayah.. kakak yang salah”

 “Enak aja, bukan Lina yah, bu. Luna tuh yang salah. Dia mencuri uang Lina”

 “Aku tidak pernah mencuri uang itu karena memang uang itu uang Luna sendiri . Luna menyisihkan uang jajan untuk mengumpulkan uang itu” bantahku atas tuduhan kakak ku sendiri.

 “ Luna jangan banyak alasan cepat kembalikan uang itu” suruh ibu marah.

 “ Iya Luna, kenapa sih kamu itu selalu saja menjadi anak pembuat masalah”

 “ Tapi....” dengan sangat terpaksa aku memberikan uang itu kepada kakak padahal uang itu akan aku gunakan  untuk membeli kamera. Ya.. aku memiliki yaitu fotografi. Memotret hal-hal yang indah tapi semua itu harus diurungkan lagi karena uang yang susah payah aku tabung sekarang ludes dalam waktu singkat. Aku hanya bisa pasrah, malas membantah lebih jauh lagi karena percuma saja jika aku makin melawan maka makin gencarlah mereka memarahiku.

Begitu lah waktu itu dan bukan hanya itu masih banyak hal lain yang cukup membuatku sakit hati. Tapi aku bisa apa aku hanya bisa bersabar dan bersabar. Dan aku selalu bertanya apa dimata kedua orang tuaku benar-benar tidak ada hal yang baik tentang aku.

Keluarga ini begitu harmonis awalnya mungkin bagi ayah,ibu dan kakak saja tapi melihat mereka bahagia aku juga turut bahagia. Sebelum musibah yang menimpa kakak ku. Sebuah kecelakana mobil merenggut nyawa kakak dalam sekejap.

Sore itu kak Lina meminta izin untuk menggunakan mobil. Ia mau mengerjakan tugas kelompok yang diberikan dosennya. Ayah dan ibu sempat tidak mengijinkan  kakak menggunakan mobil karena memang kakak baru mendpatkan SIM kurang dari sebulan ini tapi setelah bujuk rayu yang dilakukan kakak mereka akhirnya mengijinkan.

Hingga malam tiba kira-kira sekitar pukul sembilan malam kami mendapat telepon dari seorang entah dari siapa tapi aku bisa menebaknya mungkin dari seorang polisi yang mengatakan bahwa kakak mengalami kecelakan dan sekarang dia dilarikan ke rumah sakit. Tentu saja kabar itu mengejutkan kami sekeluarga dan kami langsung pergi kerumah sakit yang dimaksud. Sungguh takdir berkata lain kakak meninggal saat perjalanan ke rumah sakit.

Sejak saat itulah ayah dan ibu selalu menyalahkan satu sama lain. Mengatakan coba saja mereka tidak mengijinkan kak Lina menggunakan mobil kecelakan itu tidak akan pernah terjadi. Hari demi hari berlalu dan selalu saja pertengkaran demi pertengkaran yang aku dengar. Masalah-masalah kecil dibesar-besarkan dan mereka berdua tidak pernah ingin menghilangkan keegoisan mereka barang sekejap untuk merenungkan siapa yang salah dalam hal ini atau mungkinkah ini memang takdir, jalan hidup kakak untuk tenang disurga sana. Ayah,ibu sama sekali tidak menyadari setiap pertengkaran yang mereka lakukan pasti menyakiti hati kakak. Ia tidak akan meninggal dengan tenang karena masih ada untang yang harus ia selesaikan di dunia ini yaitu mendamaikan dua orang yang ia cintai itu. 

Pertengkaran itu memuncak saat tiba-tiba saja ayah dan ibu mengatakan padaku bahwa rumah tangga ini tidak dapat di pertahankan lagi dalam kata lain mereka akan “BERCERAI”. Aku hanya dapat menangis tidak tahu berbuat apa. Siapa yang bersama ku nanti, Ayah!, Ibu! Entahlah yang jelas sekarang hati ku kacau ah.. sepertinya bukan sekedar kacau tapi hancur. Yang jelas aku sudah mencurahkan isi hatiku tinggal sekarang mereka sendiri yang menentukan apakah tetap bercerai atau tidak.

*****

Tiga bulan kemudian

Kini semuanya hilang, hilang terbawa ombak yang ada didepanku ini sungguh hal itu membuatku hidup lagi. Tidak ada lagi pertengkaran yang selalu terdengar yang membuat hatiku  damai seperti deru lembut ombak laut yang terlihat biru dengan hari yang cerah ini. Hari yang begitu cerah seperti hatiku. 

“Luna, jangan jauh-jauh nanti tenggelam”

 “Iya, hati-hati nanti ombaknya membawa mu ketengah”

 “Tenang saja yah,bu aku adalah perenang yang hebat”

Mendengar apa yang aku katakan itu ayah dan ibu hanya bisa tertawa kecil karena anak mereka kini sering menyombongkan diri. Yup! Kini kami sedang berlibur dan sekarang kami berada di pantai indah seindah kehamonisan keluargaku. Terlihat disana ayah dan ibu bercengkraman dengan sangat bahagia diatas pasir putih yang luas seakan hanya mereka berdua disana. Aku yang memainkan ombak laut ini hanya bisa tersenyum dengan pemandangan itu. 

Ayah dan ibu memang tidak jadi bercerai. Mereka menyadari kesalahan mereka dan bukannya bermaksud untuk mengabaikan ku hanya saja mereka terlalu terluka akan jalannya hidup ini. juga bukannya mereka tidak menyayangiku seperti dugaanku setiap waktu hanya saja mereka telah terbiasa memberi perhatian lebih pada kakak karena memang kak Lina dari kecil sering sakit-sakitan seperti tifus,malaria dan amandel sudah menghinggapinya dari kecil sedangkan aku selalu saja sehat. Dulu aku tidak menyadari itu malah aku mementingkan keegoisan ku sendiri dengan meminta perhatian lebih padahal kakak lah yang perlu perhatian lebih. Tapi anehnya dengan perhatian besar itu kakak selalu tak nyaman dan merasa terlalu di intimidasi sedangkan aku memimpikan itu. 

Aku ingat saat ayah dan ibu meminta maaf padaku. Meminta maaf atas keegoisan mereka dan untuk mempersatukan keluarga kecil ini lagi.

“Luna, maaf kan ibu ya nak” 

“Ayah juga minta maaf, karena kesedihan kami dengan hilangnya kakakmu Lina membuat kami mengabaikan fakta bahwa kami tidak kehilangan segalanya melainkan masih ada maleikat seperti mu yang diberikan Tuhan pada kami”

Mendengar itu aku hanya bisa menangis tidak menyangka dengan apa yang mereka katakan.  Tuhan maafkan karena aku pernah merasa tidak mempunyai orang tua yang cukup baik untuk ku dan aku yakin dengan mengambil kak Lina dari sisi kami Engkau telah memiliki rencana yang indah bagi keluarga ku. Sekarang aku bisa mengangkat wajah dan berkata mereka adalah orang tuaku, orang tua terbaik yang pernah ada didunia yang ini tentu saja hanya untuk ku, hanya untuk Luna Mawarni Sandrita.

 ****



Itulah cerpen tentang kehidupan keluarga yang aku buat. Gimana bagus gak cukup rumitkan ceritanya. Agar saya dapat menulis cerpen dengan lebih baik lagi sangat dibutuhkan saran dan kritiknya jadi jangan hanya lewat aja ya.


Terima Kasih Telah Berkunjung :)
kunjungi juga Mydiarylusia.blogspot.com           


8 comments:

Unknown said... Balas

keren kak cerpennya wkwk

Unknown said... Balas

http://nalurerenewws.blogspot.com/2018/09/taipanqq-hadapi-apa-pun-4-zodiak-ini.html
http://updatetaipanbiru.blogspot.com/2018/09/taipanqq-jatuh-cinta-bikin-berat-badan.html


Taipanbiru
TAIPANBIRU . COM | QQTAIPAN .NET | ASIATAIPAN . COM |
-KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID terbaik nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
1 user ID sudah bisa bermain 8 Permainan.
BandarQ
AduQ
Capsasusun
Domino99
Poker
BandarPoker
Sakong
Bandar66

Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
customer service kami yang profesional dan ramah.
NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
• WA: +62 813 8217 0873
• BB : E314EED5

Daftar taipanqq

Taipanqq

taipanqq.com

Agen BandarQ

Kartu Online

Taipan1945

Judi Online

AgenSakong

Unknown said... Balas

Latar belakangnya apa ya?

Kak Rasyid said... Balas

Untunglah di akhir ceritanya, keluar kecil itu tidak berpisah.
Kisahnya bagus, juga menghibur.
Saya juga menulis cerper keluarga. Judulnya di negeri orang.
Lengkapnya coba cek disini👇
https://www.tolongtangtugas.web.id/2019/01/cerpen-di-negeri-orang.html

Unknown said... Balas

Maaf, nama pengarangnya siapa ya??

Unknown said... Balas

Kasih nilai intrinsik dan moralnya kak

maghisyakand17 said... Balas

Good !

Unknown said... Balas

Mantap ceritanya

Post a Comment

 

My Stories Published @ 2014 by Ipietoon